Masyarakat Terbelenggu Stres dan Gangguan Sosial.
Esthi Safitri
Katulanis
20151023031166
Fakultas Psikologi
Universitas Muhammadiyah Malang
Isi
Ilmu kesehatan
mental adalah ilmu yang mempelajari masalah kesehatan mental/jiwa, bertujuan
mencegah timbulnya gangguan / penyakit mental dan gangguan emosi, dan berusaha
mengurangi atau menyembuhkan penyakit mental, serta memajukan kesehatan jiwa
masyarakat ( Kartini dan Kartono, 1989).
Kesehatan
mental adalah istilah yang mencangkup banyak aspek dari kemampuan kita dalam
mengatasi stress dan menikmati hidup. Individu yang memiliki mental yang sehat
ditandai oleh ciri-ciri punya energi yang cukup, ada stamina, memiliki kekuatan
untuk bekerja, dan badan senantiasa merasa nyaman sehat, mempunyai kemampuan
untuk bertindak secara efisien, mempunyai tujuan hidup yang jelas, punya konsep
diri yang sehat, ada koordinasi antara segenap potensi dengan usaha-usahanya
dan memiliki regulasi-diri dan integrasi kepribadian dan batinnya selalu
tenang. Selanjutnya disorder mental atau
gangguan mental adalah bentuk gangguan dan kekacauan fungsi mental atau
kesehatan mental, disebabkan oleh kegagalan mereaksinya mwkanisme adaptasi dari
fungsi-fungsi kejiwaan terhadap stimuli ekstern dan ketegangan-ketegangan
sehingga, muncul gangguan fungsi atau struktur dari satu bagian, satu organ
atau sistem kejiwaan/mental. Individu yang memiliki mental yang tidak sehat
memiliki ciri-ciri seperti cemas-cemas, ketakutan, cemburu, iri hati, dengki
dan lain-lain.
Faktor-faktor
yang sangat menentukan dalam usaha pencapaian mental yang sehat yaitu: 1)
kondisi dan konstitusi fisiknya, yang
menjadi faktor penentu herediter sperti sistem syaraf, kelenjar, otot,
kesehatannya. 2) kematangan taraf pertumbuhan dan perkembangannya, terutama
faktor intelek, kematangan sosial dan moral, serta kematangan emosionalnya. 3)
determinan psikologis, yaitu berupa pengalaman-pengalaman, trauma-trauma,
situasi-situasi, dan kesulitan belajar, kebiasaan, frustasi-frustasi, konflik
dan saat-saat kritis. 4) kondisi lingkungan dan alam sekitar misalnya,
keluarga/rumah tangga, famili, sekolah, lingkungan kerja, teman-teman dan
lain-lain. 5) faktor adat-istiadat, norma-norma sosial, religi, dan kebudayaan.
Stres merupakan salah satu bentuk
gangguan mental emosional yang sering terjadi dikalangan masyarakat perkotaan
maupun pedesaan dan pada dasarnya stres menyerang semua orang tanpa memandang
usia, pekerjaan, maupun kebangsaan. Stres merupakan reaksi secara fisik atau
psikis apabila ada perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang
menyesuaikan diri (Tay Swee Noi dan Peter J. Smith, 1994). Hampir setiap orang
menganggap stress buruk, padahal sebetulnya stres kita semua bisa
memanfaatkannya. Namun, hal tersebut tergantung pada bagaimana individu mampu
menangani stres. Apabila individu mampu menangani stres dengan baik maka akan
memberikan manfaat. Individu yang memiliki jiwa yang sehat tentunya akan
menyingkapi stres dengan cara yang baik atau sehat pula. namun jika situasi
stres tidak bisa diatasi dengan baik, berlangsung sangat lama, maka hal
tersebut bisa memunculkan macam-macam bentuk penyakit mental.
Masyarakat
dikota besar stres dikarenakan beban pekerjaan, tekanan ekonomi, tuntutan
kerja, konflik, dan kecemasan finansial. Kebudayaan modern sekarang ini
dicirikan dengan kebudayaan materiil.
Kebahagiaan hidup diukur dengan sukses seseorang, khususnya sukses materiil.
Juga banyak muncul perebutan untuk mendapatkan status sosial yang tinggi karena
manusia memiliki kebutuhan akan harga diri. Maka di kota-kota besar banyak
berkecamuk perjuangan hidup yang sifatnya keras, dan sangat individualistik.
Akibatnya kemudian muncul macam-macam ketegangan, konflik-konflik batin,
kecemasan, rasa takut sehingga akan memberi dampak stres pada individu. Stres yang terjadi diperkotaan dapat
menimbulkan gejala atau masalah pengkhianatan, kriminalitas, korupsi dan
ganguan sosial patologis lainnya ditengah masyarakat.
Teori
ketegangan kompetitif menyatakan, bahwa sebab meningkatnya gangguan mental
disebabkan oleh macam-macam perbedaan dan konflik-konflik
sosial-ekonomi-politik di tengah masyarakat. Juga terdapat banyak perbedaan
kebutuhan dan kepentingan di antara macam-macam golongan. Sehingga terjadilah
rebut-rebutan, perkelahian dan peperangan yang beruntun. Keadaan yang tidak
aman penuh rasa permusuhan itu mengakibatkan banyak ketakutan dan rasa
ketegangan di kalangan rakyat banyak, yang pada saatnya akan membuah
kasus-kasus gangguan atau penyakit mental (Kartini dan Kartono, 2009).
Stres juga
dapat muncul apabila kebutuhan manusia tidak terpenuhi. Maslow menyatakan bahwa
individu yang sehat dan bermanfaat adalah individu yang mampu memenuhi 5
kebutuhan yaitu kebutuhan fisiologis, rasa aman, cinta dan kasih sayang, harga
diri, dan kebutuhan aktualisasi diri ( Dalam George C. Boree). Kebutuhan
fisiologis mencangkup kebutuhan terhadap oksigen,air, protein, dan lain-lain;
kebutuhan rasa aman meliputi kondisi aman, terlindung dan stabil; kebutuhan
cinta dan kasih sayang meliputi teman, kekasih dan benttuk hubungan berdasarkan
perasaan lainnya; kebutuhan harga diri meliputi status, kehormatan, reputasi
dan kemuliaan; dan aktualisasi diri meliputi hasrat mewujudkan potensi diri.
Setiap individu
memiliki dorongan untuk memenuhi kebutuhannya yang bersifat organis (fisik dan
psikis) dan yang bersifat sosial. Kebutuhan dan dorongan itu menuntut pemuasan.
Timbullah ketegangan-ketegangan dalam usaha pencapaiannya. Ketegangan cenderung
menurun jika kebutuhan-kebutuhan terpenuhi dan cenderung naik/makin banyak jika
mengalami frustasi atau hambatan. Apabila kebutuhan tersebut tidak terpenuhi
atau terhambat, maka hal itu menjadi stressor
atau sumber stress bagi individu. Masalah kriminal yang terjadi dimasyarakat
seperti pencurian atau perampokkan terjadi dikarenakan individu belum mampu
memenuhi kebutuhan fisiologisnya, individu dituntut untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya, ia harus menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman. Sudah dipaparkan
sebelumnya bahwa stres merupakan reaksi secara fisik atau psikis apabila ada
perubahan dari lingkungan yang mengharuskan seseorang menyesuaikan diri (Tay
Swee Noi dan Peter J. Smith, 1994). Apabila ia tidak mampu menyesuaikan diri
maka, individu tersebut akan mengalami stress. Untuk memenuhi kebutuhan
fisiologisnya individu tersebut akan mencari jalan yang tidak baik sehingga
terjadilah gangguan sosial yaitu pencurian atau perampokkan yang meresahkan
masyarakat.
Teori kompleksitas
sosial menyatakan sebab gangguan
mental yaitu di tengah masyarakat modern sebagai produk dari pesatnya proses
urbanisasi dan industrialisasi, orang sulit mengadakan adaptasi terhadap
masyarkat yang serba kompleks, serba otomatis, terpecah-pecah dan serba
serabutan itu ( kartini dan Kartono, 2009) . Apabila tidak mampu menyesuaikan
diri maka akan menyebabkan gangguan mental seperti stres dikarenakan ada rasa
kecemasan tidak mampu mengejar atau menyesuaikan diri dengan kemajuan zaman,
rasa rendah diri dan ketakutan berlebihan.
Daftar Pustaka :
Kartono, Kartini. (2009). Psikologi Abnormal dan Abnormalitas Seksual.
Bandung: Mandar Maju.
Kartono, Kartini. (1989). Hygiene Mental dan Kesehatan Mental Dalam
Islam. Bandung: Mandar Maju.
Boeree, C.G. (2013). Personality Theories. Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media.
Smith, t. S. (1994). Bagaimana Mengendalikan Stres.
Jakarta: Pustaka Utama Grafiti.